Jumat, 02 November 2012

KATA-KATA YANG SERING DISALAH ARTIKAN


Acuh berarti peduli; mengindahkan. Kebalikannya adalah cuek atau masa bodoh atau acuh tak acuh. Dalam pemakaian sehari-hari, termasuk dalam lirik lagu, sering kita dapati kata acuh dipakai dalam arti sebaliknya.
Misalnya, dulu ada lagu dangdut dengan syair seperti ini: ”Kau acuh, memangacuh, cintamu acuh tak acuh.” Kita jadi ingin bertanya, si kau itu acuh atau acuh tak acuhi sih? Sebab keduanya berkebalikan.
Dalam lagu Cinta Ini Membunuhku dari grup band D’Massive, ada larik berbunyi, ”Kau menolakku, acuhkan diriku.” Menolak tapi mengacuhkan. Sungguh satu kombinasi yang membingungkan.
Grup musik sebesar Slank pun pernah terpeleset menggunakan kata ini. Bait kedua dari lagu Ketinggalan Jaman (Kampungan) menyatakan, ”Kau tak pernah peduli/ Gak mau ambil pusing/ Karena kamu, kamu terlalu acuh, oh kasih.”
Aneh.
Kalau ditelusuri, ada banyak lagu dan ungkapan sehari-hari yang keliru memaknai kata acuh. Bukan sekadar keliru, bahkan kata ini dipakai untuk maksud yang berlawanan.
Tapi kata acuh tidak sendirian. Ada kata geming yang juga kerap diartikan terbalik. Dalam KBBI (2005), geming atau bergeming artinya diam sajatidak bergerak sedikit juga. Tesaurus Bahasa Indonesia susunan Eko Endarmoko (2007) menyebutkan sinonim kata ini ialah bertahandiammematungmembatumenjublek,terpaku.
Tapi ternyata ada orang menulis, ”Meski terus dibujuk, ia tak bergeming sedikit pun.” Ungkapan tak bergeming di sini menyiratkan suatu keadaan teguh, kukuh, tak goyah, tak tergerakkan. Padahal tanpa memakai negasi ”tak”, kata bergeming sendiri sudah menunjukkan maksud itu. Mestinya, kalimat yang betul adalah, ”Meski terus dibujuk, ia tetap bergeming.”
Sebuah lagu dari Agnes Monica, Matahariku, menawarkan arti agak lain, tapi tetap keliru, dari makna geming. ”Berjuta warna pelangi di dalam hati/ Sejenak luluhbergeming menjauh pergi.” Luluh kok bergeming, dan anehnya menjauh pergi. Kalau bergeming ya diam saja, tidak usah ke mana-mana.
Kata lainnya yang kadang diartikan terbalik adalah kasatmata. Dalam syair lagu karya Ebiet G. Ade berjudul Bingkai, ada ungkapan, ”Melukiskan Engkau yangkasatmata namun ada.” Kasatmata kok namun ada? Kasatmata ya pasti ada. Dalam KBBI, kata ini merujuk pada sesuatu yang dapat dilihatnyatakonkretmaujud. Tesaurus Bahasa Indonesia menambahkan kasarmateriilfisisjasmaniahragawi,sensibelsubstansialaktualberbentukberupaberwujud, dan real.
========================================================================
Tulisan ini hendak menyelidiki mengapa kekeliruan semacam itu bisa terjadi. Paling-paling penyebabnya hanya masalah ketidaktahuan, sebab orang yang tahu tidak akan keliru. Tapi sebagian orang tidak tahu, dan mereka pun tidak tahu kalau mereka tidak tahu. Inilah jahil murakab atau bodoh kuadrat. Penyebabnya tak lain sikap acuh tak acuh.
Sementara itu, sumber-sumber informasi yang berperan dalam pengayaan kosakata menunjukkan ketidakakuran dan cenderung menyesatkan, seperti contohnya lagu-lagu yang beredar itu. Kamus tentu merupakan sumber informasi yang otoritatif, tapi kamus tidak bisa bernyanyi dan tidak bisa membuka sendiri. Akhirnya, dengan nyaman dan tanpa rasa bersalah, kata acuh, geming, dan kasatmata disinonimkan dengan bentuk negatifnya.